SEBUAH penelitian baru menunjukkan video game dapat menghambat perkembangan akademis anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki yang dibelikan PlayStation II lebih lambat kemajuannya dalam membaca dan menulis dibandingkan dengan anak-anak yang tidak memiliki video gim.
Penelitian tersebut adalah ujicoba pertama untuk melihat efek bermain video game pada kemampuan belajar anak laki-laki. Artinya, temuan ini tidak didasarkan pada data survei kebiasaan bermain game pada anak.
Penelitian ini ditujukan pada kelompok anak-anak tertentu yang secara acak ditunjuk untuk menerima PlayStation atau tidak. Namun, temuan ini tidak berarti bahwa orangtua harus menghindarkan anak-anak mereka pada video game.
"Tidak ada yang jahat tentang permainan video game ini. Yang diperlukan hanyalah memantau penggunaan game dan juga menjaga agar waktu bermain video game tidak berlebihan," kata peneliti Robert Weis, psikolog di Denison University, Ohio.
Meski demikian, beberapa studi telah menemukan hubungan antara bermain video game dan performa akademis yang buruk. Namun sejumlah temuan itu tidak mengungkapkan arah sebab-akibatnya.
Sebagai contoh, anak-anak secara akademis sulit mencapai prestasi bagus bisa beralih ke video game. Menurut Weis, hal ini terjadi karena mereka menikmati permainan ini lebih dari pekerjaan rumah.
Studi terbaru Weis ini melibatkan 64 anak laki-laki berusia 6-9 tahun yang saat ini tidak memiliki video game. Tapi orangtua mereka berpikir untuk membelikannya. Anak-anak ini sebelumnya tidak memiliki masalah akademis maupun perilaku.
Para orangtua diberitahu bahwa studi ini adalah penelitian untuk melihat perkembangan anak.
Para ilmuwan memilih untuk tidak memasukkan anak perempuan dalam studi ini karena khawatir anak perempuan mungkin tidak bermain seperti halnya anak laki-laki.
Separuh dari anak-anak yang dipilih secara acak itu langsung mendapatkan PlayStation. Sisanya, baru membeli video game di akhir studi yang berlangsung selama empat bulan itu.
Tidak mengejutkan, anak-anak yang mendapatkan video game segera menghabiskan lebih banyak waktu mereka untuk bermain daripada anak-anak di kelompok kendali. Meskipun kelompok terakhir ini meluangkan sedikit waktu untuk bermain video game. Atau mungkin dilakukan di rumah teman mereka.
Mereka yang memiliki PlayStations juga menghabiskan waktu lebih sedikit terlibat dalam kegiatan pendidikan usai jam sekolah. Selain itu mereka kurang menunjukkan kemajuan dalam hal kemampuan membaca dan menulis dari waktu ke waktu dibandingkan dengan kelompok kendali.
Meskipun mereka tidak menunjukkan masalah perilaku yang signifikan, tapi berdasarkan laporan guru mereka, anak-anak pemilik video game ini mengalami keterlambatan dalam hal kemampuan akademis, termasuk menulis dan mengeja.
Menurut para peneliti, masalah ini lebih disebabkan oleh banyaknya waktu yang dipakai anak-anak itu untuk bermain video game, sehingga mereka tak punya waktu lagi untuk mengerjakan hal-hal lain, terutama belajar.
Bermain video game mungkin telah menggantikan kegiatan akademis tradisional, seperti pekerjaan rumah dan membaca. Nah, di sinilah peran orangtua dibutuhkan untuk membantu mendorong anak-anak mereka agar dapat berprestasi di sekolah, misalnya membantu mereka belajar, seperti membahas apa yang mereka pelajari hari itu atau orangtua membacakan cerita untuk mereka.
Tetapi, hasil studi itu tidak menyebutkan bahwa video gim tidak memiliki manfaat sama sekali. Sebagai contoh, permainan edukatif justru dapat membantu belajar anak, dan studi sebelumnya menyebutkan bahwa game laga dapat meningkatkan daya penglihatan. Dan gim mungkin memiliki manfaat sosial juga, karena anak laki-laki tampaknya memiliki ikatan kuat dengan sesama rekannya sambil bermain video gim, kata Weis.
Menurut Weis, diperlukan lebih banyak penelitian untuk menentukan apakah temuan ini berlaku selama jangka panjang.
"Bisa jadi bahwa kebaruan video gim mulai pudar setelah empat, enam atau delapan bulan, dan mereka pada dasarnya tidak bermain sebanyak yang mereka lakukan ketika mereka pertama kali mendapatkan game ini," katanya dalam jurnal Psychological Science.
Weis menambahkan studi di masa mendatang juga perlu untuk melihat apakah temuan ini berlaku juga untuk anak perempuan, yang pada umumnya menghabiskan lebih sedikit waktu untuk bermain video game daripada anak laki-laki dan memilih permainan yang sedikit mengandung kekerasan.
METROTV.COM
0 komentar:
Posting Komentar