Pelet Bulu Perindu Sukma
anda punya masalah dengan asmara
kekasih pergi meninggalkan anda
jangan tunggu sampai kekasih anda di samber orang
buat pasangan anda kembali bertekuk lutut
http://www.buluperindusukma.com Ads premium
-

Kamis, 05 Januari 2012

Bahaya Daging Sapi Import (Penyebab Kanker & Banci)


Balai Pengujian Mutu Peternakan (BPMP) yang terletak di Jalan Pemuda, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor menyatakan, daging sapi impor yang berasal Australia sangat berbahaya untuk dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.

Hal itu diungkapkan Kepala Sub Bagian (Kasubag) BPMP Kota Bogor, Hasan Abdullah Sanyata. Penegasan daging sapi Australia berbahaya, saat pihaknya melakukan pengujian memakai alat Hidh Berformance Liquid CK 10 Matadraphy.

”Bahaya karena ditenggarai mengandung hormone Trend Bolond Asetat (TBA). Yang dimana, TBA itu mengakibatkan pertumbuhan anak kerdil. Walaupun, tingginya normal namun, anak itu dewasanya akan menjadi seorang banci alias setengah perempuan dan laki-laki,” kata Hasan.


Ia mengatakan, hormon TBA yang berada di dalam daging sapi tersebut, oleh warga Australia dipergunakan untuk mempercepat pertumbuhan sapi yang ditaruh ditelinga sapi tersebut.

”Seharusnya, sebelum berusia 90 hari, sapi itu tidak boleh disembelih. Karena, hormone TBA yang berada ditelinga sapi itu masih bergerak untuk perkembangan sapi tersebut.

Namun, saat ini, sapi dari Australia yang baru berusia 80 hari sudah disembelih,” paparnya.
Akibatnya, warga yang mengkonsumsi daging sapi Australia mengakibatkan pertumbuhan anak kerdil dan banci. Daging impor Australia yang mengandung hormone TBA tersebut, sudah terdeteksi di pasar-pasar tradisional yang berada di daerah Lampung.

”Semua daging sapi impor dari Australia itu positif mengandung TBA,” tegas Hasan.

Oleh karena itu, kata dia, warga Indonesia yang hendak mengkonsumsi daging sapi impor dari Australia agar berhati-hati. Karena, tidak menutup kemungkinan daging sapi yang mengandung TBA itu beredar didaerah lain yang tersebar di Indonesia.


Sebab, berdasarkan penelitian yang dilakukan drh Kirman Achmad, daging sapi impor mengandung residu trembolon dan berpotensi menimbulkan kanker dan gangguan reproduksi.
Namun, secara detail, Badan Pengujian Mutu Peternakan (BPMP) Bogor menyebutkan, akibat yang ditimbulkan oleh seringnya mengkonsumsi daging sapi impor menggunakan bahan pengawet adalah kanker payudara.

Kepala Sub Bagian Tata Usaha BPMP Kota Bogor, Hasan Abdullah Sanyata, mengatakan berdasarkan pengujian yang telah dilakukan oleh BPMP Kota Bogor, seseorang yang memakan daging sapi impor, terutama yang berformalin, menyebabkan perut mual.

Ini karena daging sapi berformalin yang telah dimakan tidak bisa larut dan hancur di dalam perut. Sehingga terjadilah akumulasi atau penumpukan serat-serat daging sapi yang mengandung formalin tersebut.
Akibatnya, seseorang akan kelebihan lemak daging sapi. "Masalah yang ditimbulkan dari mengkonsumsi daging itu adalah manusia akan mudah terserang penyakit kanker payudara," katanya kepada VIVAnews.

Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi IV DPR yang salah satunya membidangi peternakan, Jafar Hafsah menyerukan, menjelang bulan suci Ramadhan dan Lebaran, konsumsi daging sapi meningkat 5-10 persen.
Seruan ini terkait penelitian drh Kirman Achmad Rasyid yang menunjukkan bahwa daging dan hati sapi impor ternyata mengandung residu pemacu pertumbuhan sapi.

Hasil penelitian menyebut, bila daging yang mengandung residu itu dikonsumsi secara terus-menerus maka dapat menimbulkan kanker. Pemerintah pun dituntut untuk melakukan pengujian residu horman secara berkala, sebagai kontrol untuk mengetahui apakah persyaratan kesehatan daging impor tersebut telah terpenuhi.

"Ada persyaratan bagi daging impor yang masuk ke Indonesia. Pertama, harus bebas penyakit. Kedua, tidak terkontaminasi zat beracun," jelas Jafar. Jadi, lanjutnya, seluruh daging impor itu sudah harus melalui karantina, sehingga terjamin keamanan dan kesehatannya.

"Kalau ada daging impor yang lolos karantina padahal mengandung residu berbahaya, maka itu masuk kategori daging ilegal," tegas salah satu Ketua Dewan Pimpinan Pusat Demokrat ini.

0 komentar:

Posting Komentar

◄ Newer Post Older Post ►

Ads